Berbagai bencana yang terjadi selain disebabkan oleh alam banyak pula
yang disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tidak segan-segan manusia mengeksploitasi
lingkungan secara berlebihan. Laju ekstraksi sumber daya alam dan hayati
jauh lebih besar dari pada laju sumber daya alam memperbaharui diri.
Kementerian Kehutanan mencatat luas
hutan di Indonesia menyusut setiap tahun. Hal ini terjadi akibat
pembakaran hutan, illegal logging dan alih fungsi hutan yang terus
meningkat. Hingga tahun 2009 kerusakan hutan mencapai lebih dari 1,08
juta hektar per tahun (Sri Lestari, 2010 diakses dari http://www.
bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/). Kecepatan kerusakan hutan ini
tidak sebanding dengan usaha dan kemampuan untuk mengembalikan lahan
rusak dengan menanam pohon yang hanya sebesar 0,5 juta hektar per tahun
(Amir Sarifudin, 2010 diakses dari http://news.okezone.com/).
Kerusakan lingkungan hidup sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia.
Perilaku hidup manusia yang lalai, egois dan tidak bertanggung jawab
dalam mengeksploitasi lingkungannya termasuk sering diabaikannya
kepentingan pelestarian lingkungan hidup di tingkat pengambil keputusan
menandakan adanya masalah degradasi moral. Moral yang buruk
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup semakin kritis dan akhirnya
merugikan manusia itu sendiri.
Permasalahan lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan secara teknis
semata, namun yang lebih penting adalah pemecahan yang dapat mengubah
mental serta kesadaraan akan pengelolaan lingkungan. Untuk mengatasi
dampak kerusakan lingkungan hidup diperlukan suatu perubahan sikap dan
perilaku pada masyarakat serta perbaikan moral melalui pendidikan.
Pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal,
rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat
terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif.
Tentunya dengan pengaruh yang ditimbulkan pendidikan ini memberikan
dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan
menolong dalam pembentukan sikap yang positif. Pendidikan memberikan
peluang kepada masyarakat untuk melakukan suatu tindakan atau pengalaman
yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau
kemampuan fisik mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan yang dengan
sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.
Semua pihak diharapkan dapat turut serta melakukan penyelamatan dan
pelestarian lingkungan hidup dengan mengembangkan sikap, bentuk-bentuk
perilaku, kemampuan sosial dan kemampuan individu yang mencintai
lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan salah satu dari
penerapan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dan pendidikan
lingkungan hidup menanamkan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi pengetahuan (kognitif), kesadaran atau kemauan (afektif),
dan tindakan (psikomotor) untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Di Indonesia, tujuan mulia dari pendidikan lingkungan hidup ini
ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tahun 1977 LIPI membentuk
Tim Pendidikan Nasional yang terdiri dari Tim untuk Pendidikan Formal
(Prof. Dr. Soedjiran Resosudarmo) dan Tim untuk Pendidikan Nonformal
(Dr. Setiati Sastrapraja). Pada tahun 1982 dilakukan uji coba terhadap
15 SD negeri/swasta serta Pelaksanaan Program Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH) melalui proyek perintis SD, SMP, SMA. Namun, uji coba ini
mengalami kegagalan karena belum menjangkau semua guru, kurangnya buku
untuk guru dan murid serta penilaian pengembangan affective domain belum
merupakan bagian dari sistem penilaian hasil pendidikan di sekolah.
Untuk menyikapi masalah tersebut dan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat, maka
tanggal 3 Juni 2005 ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Menteri
Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional. Berdasarkan
kesepakatan tersebut, maka pendidikan lingkungan harus berdasarkan
konsep dasar makna lingkungan hidup. Untuk merealisasikan kesepakatan
ini maka tanggal 21 Februari 2006 dicanangkan program Adiwiyata. Program
Adiwiyata ini adalah sebagai salah satu strategi pemberian pendidikan
lingkungan yang dilakukan pemerintah dengan maksud agar tercipta sekolah
yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Peserta Program Adiwiyata tahun 2013, dari target 10% sekolah yang ada
atau sebesar 22.000 sekolah di tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA serta
sekolah kejuruan, hanya terdapat 4.132 sekolah yang berpartisipasi
sebagai peserta atau hanya sebesar 1,87% dari sekolah yang ada.
Sedangkan target sekolah yang meraih penghargaan adiwiyata pada tahun
2013 adalah 1.260, sedangkan sekolah yang meraih penghargaan adiwiyata
sebesar 593 sekolah atau sebesar 47,06% realisasi dari target tersebut.
Program adiwiyata ini merupakan program yang sangat potensi menumbuhkan kesadaran mengenai perlindungan lingkungan hidup.
Adiwiyata sangat memiliki dampak terhadap sekolah yang mendapatkan gelar adiwiyata tersebut,diantara lain adalah ;
· Sekolah dapat Lebih berperan aktif dalam menciptakan kawasan yang peduli dengan lingkungan
· Sekolah bisa menciptakan siswa - siswa yang sadar akan lingkungan
· Sekolah bisa berperan dalam semua kegiatan dalam rangka mengurangi global warming
· Sekolah bisa menjadi sarana penyalur pendidikan lingkungan secara praktek langsung
Bukan hanya Sekolah , siswa pun juga mendapatkan dampak yang positif karena program ini seperti :
· Siswa dapat membiasakan agar membuang sampah pada tempatnya
· Siswa dapat mengerti pentingnya memilah - milah sampah
· Siswa dapat mengerti bahwa barang bekas bukan hanya untuk dibuang tapi juga dapat dimanfaat kan.
Untuk menuju sekolah Adiwiyata yang berbudaya dan berwawasan
lingkungan, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus disiapkan yang
melibatkan berbagai
stakeholder, baik dari tingkat pemerintah,
sekolah hingga masyarakat sekitar sekolah. Berikut beberapa
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menuju Sekolah Adiwiyata yang
berbudaya dan berwawasan lingkungan :
a. Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan mensosialisasikan Program Adiwiyata
Perlu adanya sosialisasi dari Pemerintah Daerah kepada kepada
sekolah-sekolah supaya sekolah tersebut menjalankan program Adiwiyata.
Tidak hanya berhenti disitu saja selanjutnya Pemda memantau pelaksanaan
program Adiwiyata di sekolah-sekolah tersebut dan memberian penghargaan
kepada sekolah yang telah menjalankan Program Adiwiyata, karena dengan
memberikan pengharhaan dapat memberikan semangat kepada sekolah lain
untuk mendapatkan penghargaan juga. Dengan adanya Program Adiwiyata di
sekolah-sekolah diharapkan anak bangsa menjadi berbudaya dan berwawasan
lingkungan.
b. Antusias Sekolah/Kepala Sekolah untuk Melaksanakan Program Adiwiyata yang Tinggi
Dalam pelaksanaan program Adiwiyata ini diperlukan kemauan dan semangat
yang tinggi dari Kepala Sekolah. Tugas Kepala Sekolah adalah mencari
dana atau anggaran untuk berjalannya program Adiwiyata dan mengawasi
berjalannya program tersebut. Kepala sekolah memberikan motivasi kepada
warga sekolah untuk menjalankan Program Adiwiyata kemudian memberikan
penghargaan kepada warganya yang telah berhasil menjalankan program
tersebut, sehingga warga yang diberi penghargaan akan menjadi lebih
semangat dan memberikan motivasi kepada warga yang lainnya untuk
mendapatkan penghargaan juga. Sehingga warga sekolah berlomba-lomba
dalam melaksanakan kegiatan yang ada didalam Program Adiwiyata.
c. Terdapat Guru yang Khusus Menangani Program Adiwiyata
Beberapa hal yang harus lakukan bagi guru yang khusus menangani Program
Adiwiyata untuk melaksanakan program Adiwiyata (Anonimus, 2010), yaitu:
1) Membentuk Tim Sekolah
Tim sekolah adalah tim yang berperan penting dalam pelaksanaan
pengolaan lingkungan di sekolah, termasuk bagaimana melibatkan semua
unsur warga sekolah menjadi penting termasuk keterlibatan aktif dari
seluruh siswa. Partisipasi siswa menjadi elemen penting. Untuk
mensukseskan sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan perlu dibentuk
tim yang anggotanya antara lain terdiri atas:
- Kepala Sekolah
- Guru
- Siswa
- Orangtua Siswa
- Warga Sekolah (petugas kebersihan, petugas tata usaha, pengelola kantin)
- Pemerintah daerah (lurah, camat dan lain-lain)
- Masyarakat disekitar sekolah
Tim inti terdiri atas kepala sekolah, guru yang ditambah orang tua
murid dan masyarakat sekitar. Anggota inti ini melakukan pertemuan
secara teratur. Anggota tim ini kemudian menugaskan kelompok kerja yang
lebih kecil untuk melaksanakan tugas harian. Kelompok kecil ini dapat
mengikutsertakan siswa.
2) Kajian Lingkungan
Kajian lingkungan sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan dirancang
untuk memberikan gambaran kondisi sekolah. Hasil kajian lingkungan akan
menginformasikan Rencana Aksi apa yang akan dilakukan. Selain itu,
kajian lingkungan juga akan membantu sekolah untuk menentukan perubahan
apa diperlukan, mendesak atau tidak dibutuhkan sama sekali. Ini juga
akan membantu menetapkan sasaran yang realistis serta mengukur
keberhasilan yang dicapai.
Kajian lingkungan oleh tim disekolah mencakup berbagai isu lingkungan sekolah, misalnya:
- Sampah
- Air
- Energi
- Makanan dan kantin sekolah
- Keanekaragaman hayati
Kesemua isu ini harus diamati selama kajian lingkungan dilakukan
dengan menggunakan instrumen checklist. Checklist berisi serangkaian
jawaban ”ya atau tidak”. Namun juga terdapat kolom untuk menuliskan
komentar yang kemudian dapat digunakan untuk menambah informasi dalam
penyusunan Rencana Aksi Sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan.
Yang perlu untuk diperhatikan adalah, bahwa setiap sekolah harus
melakukan kajian lingkungan sesuai dengan kondisi sekolah dan dengan
cara yang terbaik yang dapat dilakukan. Libatkan peserta didik
sebanyak mungkin. Kajian lingkungan dilakukan pada kurun waktu
tertentu, misalnya dilakukan tahunan atau dua tahun sekali sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur
dan mengevaluasi kemajuan kinerja tim sekolah.
3) Rencana Aksi
Rencana aksi menjadi inti dari program sekolah yang berbudaya dan
berwawasan lingkungan. Perencanaan ini adalah serangkaian kegiatan dan
sasaran yang dijadwalkan. Perencanaan ini juga akan menjadi bahan
evaluasi untuk perbaikan lingkungan sebagai hasil dari kajian lingkungan
yang telah dilakukan. Seperti halnya dengan setiap tahapan dari
proses Sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan, siswa harus terlibat
dalam menyusun Rencana Aksi sekolah.
Rencana aksi harus dikembangkan berdasarkan hasil kajian lingkungan
yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan disusun dengan tujuan yang
jelas, tenggat waktu yang jelas, dan juga penanggung jawab kegiatan
yang jelas. Hal tersebut dilakuan untuk setiap tahapan kegiatan yang
akan dilakukan. Selain itu, yang penting untuk dilakukan adalah berbagai
kegiatan yang akan dilakukan dengan melibatkan siswa sedapat mungkin
dikaitkan dengan kurikulum sebagai suatu bagian dari proses
pembelajaran.
Dalam penyusunan rencana aksi yang juga perlu diperhatikan adalah
pastikan bahwa sasaran yang ditetapkan realistis sesuai dengan potensi
dan sumber daya yang dimiliki dan dapat dicapai. Jangan terlalu
ambisius sehingga sulit mencapai sasaran karena kegagalan dalam
memenuhi target dapat berakibat menurunkan motivasi. Jika hasil
dari kajian lingkungan mengharuskan bahwa sekolah perlu membuat
banyak sasaran yang ingin dicapai, jangan diselesaikan semuanya
sekaligus. Sebaiknya membuat suatu skala prioritas kegiatan. Prioritas
kegiatan dapat dilakukan dengan membagi sasaran ke dalam rencana
jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam membuat perencaan aksi di sekolah adalah sebagai berikut:
- Penyusunan rencana aksi berangkat dari hasil kajian
lingkungan yang telah dilakukan oleh tim lingkungan sekolah.
Pilihlah topik yang sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan
mempertimbangkan kemampuan dan tenggat waktu yang dimiliki. Misalnya,
sekolah ingin mengatasi permasalahan sampah sebagai kegiatan utama. Maka
semua sumberdaya yang dimiliki sekolah diarahkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dan jika ada bagian yang tidak mampu diselesaikan
oleh sekolah, maka perlu dicari cara bagaimana sekolah bekerja sama
dengan pihak lain agar dapat mengatasinya. Misalnya bekerjasama
dengan dinas kebersihan dalam mengangkut sampah ke TPA.
- Menetapkan bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Siapkan instrumen yang dapat mengukur setiap
capaian program yang telah ditetapkan. Misalnya jika anda ingin
mengatasi konsumsi energi, pengukuran dapat dilakukan dengan cara
mengamati tagihan listrik setiap bulannya.
- Mendiiskusikan jangka waktu untuk setiap aktivitas. Apakah
kegiatan tersebut akan dicapai dalam jangka pendek, menengah atau jangka
panjang.
- Menetapkan siapa yang akan menjadi penangggung jawab setiap
kegiatan. Sedapat mungkin kegiatan harus melibatkan siswa.
- Melakukan monitoring terhadap alokasi dana yang dibelanjakan untuk setiap aktivitas yang dilakukan.
4) Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui apakah tim sekolah berhasil mencapai target yang
tercantum dalam Rencana Aksi atau tidak, maka harus dilakukan
pemantauan dan mengukur kemajuan yang diharapkan. Proses monitoring
terus menerus akan membantu memastikan bahwa kegiatan ini tetap
berkelanjutan. Metode monitoring yang digunakan akan tergantung pada
sasaran dan kriteria pengukuran yang telah ditetapkan di dalam Rencana
Aksi untuk setiap topik. Dalam beberapa kasus akan ada cara mudah dan
akurat untuk mengukur kemajuan, antara lain:
· Melakukan pembacaan meter dan perhitungan tagihan energi untuk melihat perubahan kegiatan penghematan energi.
· Menimbang sampah yang terkumpul untuk didaur ulang.
Penimbangan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh kegiatan
pengelolaan sampah.
· Mendokumentasikan setiap tahap kegiatan sebelum, selama dan
setelah foto-foto untuk membandingkan perubahan yang terjadi di sekolah.
· Membuat daftar spesies (jika memungkinkan) sebelum dan
setelah kegiatan untuk melihat pengaruh untuk menunjukkan dampak
kegiatan terhadap keanekaragaman hayati di sekitar sekolah.
· Menggunakan kuesioner dan survei untuk mengumpulkan data kemajuan kegiatan dengan melibatkan siswa.
· Tim sekolah juga harus memastikan bahwa:
- Hasil pemantauan diumumkan ke warga sekolah, misalnya dalam bentuk grafik.
- Kemajuan kegiatan diumumkan di papan pengumuman Sekolah.
5) Partisipasi Warga Sekolah
Salah satu cara terbaik untuk melibatkan warga sekolah adalah untuk
mengatur kegiatan rutin dan hari-hari tertentu yang dianggap penting
(action day). Pada waktu tertentu Hari Aksi adalah kesempatan bagi semua
warga di sekolah murid, guru dan staf lain serta pihak yang
berkepentingan dari masyarakat setempat, untuk bersama-sama mencapai
beberapa target yang ditetapkan dalam Rencana Aksi. Hari Aksi perlu
terencana, baik dalam hal mengalokasikan tanggung jawab dan memastikan
bahwa semua orang tahu tentang mereka. Action day penting, tetapi
kegiatan rutin juga sangat penting. Kegiatan seperti daur ulang,
penghematan energi dan air hanya berhasil jika semua orang yang
terlibat.
Melibatkan masyarakat luas dalam sekolah adiwiyata sangat bermanfaat.
Orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah lokal dan dunia
usaha dapat menjadi referensi untuk memeperkaya informasi, pelatihan
atau membantu membiayai kegiatan. Melibatkan masyarakat dan media masa
untuk memperluas penyebaran informasi misalnya dengan membuat
newsletter, press release ke media lokal, dan sebagainya.
d. Adanya Dana untuk Melaksanakan Program Adiwiyata.
Tersedianya anggaran dana Program Adiwiyata dari pemerintah sangat
diperlukan untuk terlaksananya Program Adiwiyata ini, karena untuk
menjalankan Program Adiwiyata membutuhkan dana yang cukup besar.
Dukungan atau suntikan dana dari pemerintah sangat diperlukan untuk
berjalannya Program Adiwiyata ini.
e. Partisipasi Masyarakat sekitar untuk Melaksanakan Program Adiwiyata.
Keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan Program Adiwiyata sangat
diperlukan dalam berjalannya Program Adiwiyata. Kegiatan seperti mendaur
ulang, penghematan energi dan air akan berhasil jika semua orang
terlibat. Sehingga masyarakat sekitar sekolah secara tidak langsung
menggerakkan upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.